Minggu, 18 April 2010

BELAJAR DARI KEARIFAN MASYARAKAT NAGA

Martino Dwi Nugroho, MA


Tulisan ini bukan mengajak kita hidup dan berbuat seperti masyarakat tradisional Kampung Naga, tetapi merupakan refleksi bagaimana kita harus belajar tentang pelestarian warisan dari kearifan nenek moyang kita yang berupa rumah tinggal ini. Nenek moyang kita meninggalkan warisan tentang suatu teknologi arsitektur yang berdasarkan konsep ekologis dan mempunyai dampak pada perilaku masyarakatnya.
Kampung Naga merupakan perkampungan adat yang dihuni oleh masyarakat yang sangat kuat memegang adat istiadat yang diwariskan oleh tradisi leluhurnya. Masyarakat Kampung Naga atau biasa disebut masyarakat Naga, hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana dan lingkungan kearifan tradisional. Menuju Kampung Naga bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Menuruni anak tangga yang cukup jauh (bagi yang tidak terbiasa), menyusuri pinggiran sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray, Garut. Aura kearifan, kesederhanaan, dan alami sudah bisa dirasakan bagi yang akan memasuki Kampung Naga ini. Kejujuran dalam diri penduduk dan rumah tinggal mereka sangat kentara bisa kita saksikan. Kondisi bangunan-bangunan di Kampung Naga cukup terpelihara keasliannya, baik bentuk, bahan, maupun warna. Keterawatan bangunan ini karena ketaatan dan kepatuhan akan larangan dari leluhur. Bagi masyarakat Kampung Naga, rumah tidak sekedar sebagai tempat berlindung, tetapi juga sebagai pusat dan sumber asal seseorang.
Rumah-rumah di Kampung Naga terbuat dari kayu dan anyaman bambu (gedheg)yang dicat warna putih, beratap ijuk. Tak ada paku, tak ada beton. Begitulah umumnya rumah di kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat, jujur dalam menggunakan bahan-bahan bangunan. Memang akan banyak menggunakan bahan kayu dan bambu, tetapi kayu dan bambu adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui, sehingga tidak perlu khawatir akan kehabisan bahan baku. Di sebagian besar pulau Jawa, kayu jati masih menjadi idola untuk membuat rumah, tetapi saat ini perlu difikirkan bahan pengganti jati. Di dalam rumah-rumah tersebut kejujuran sangat tampak dengan tidak menggunakan meja kursi pada ruang tamunya, dimana setiap tamu yang datang dianggap sama dengan tidak ada derajat perbedaan. Hal tersebut berbeda dengan masyarakat kota yang menerapkan sistem sifat ruang publik, semi publik dan privat di mana sistem tersebut merupakan saringan mana orang yang boleh masuk ke dalam mana yang tidak. Antara ruang tamu dengan ruang keluarga tidak ada sekat. Hal tersebut menandakan bahwa tidak ada yang disembunyikan dalam keluarga mereka dari orang lain. Hal tersebut berpengaruh pada perilaku masyarakatnya, contoh tidak ada rasa individualisme pada penduduknya, beda dengan rumah yang mempunyai tembok pagar yang besar dan tertutup, serasa tidak mengenal orang lain. Konstruksi rumahnya menggunakan sistem rumah panggung atau rumah kolong dengan fondasi batu menyerupai umpak. Adapun sistem tersebut terbukti tahan terhadap gempa, dimana pulau Jawa ini daerah rawan gempa. Sistem penghawaan dan pencahayaan di Kampung Naga ini juga sangat baik, dengan tetap mempertahankan pepohonan di lingkungannya, dengan suara gemericik air menambah suasana hati dan pikiran menjadi tenang dan sejuk, dan tanpa stres.
Masyarakat modern ada baiknya mengadopsi rumah dan penataan lingkungan seperti di Kampung Naga ini. Alangkah arifnya kita jika kembali pada penggunaan bahan-bahan yang ekologis saat bumi yang semakin renta ini semakin tidak bersahabat dengan kehidupan kita. Secara visual, bentuk rumah di Kampung Naga ini seperti rumah desa di Jawa tengah yang imejnya rumahnya orang miskin. Tetapi dengan sentuhan desain, menjadikan rumah yang tadinya ndeso (desa, ketinggalan jaman) menjadi kutha (kota, modern). Desain interior sangat berperan menciptakan desain-desain yang ramah lingkungan untuk ke depan menjadikan hidup kita menjadi lebih baik. Kita memang tidak bisa lepas dari pengeruh teknologi Barat, tetapi kita bisa belajar dari Masyarakat Naga bahwa kita tidak perlu terseret dengan alur pikiran Barat, bahwa kita mempunyai teknologi sendiri yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang wajib kita pertahankan dan kita lestarikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar