Minggu, 18 April 2010

Rumah Jawa, Desain yang Bersahaja (2)

Martino Dwi Nugroho, MA


Minggu yang lalu sudah dibahas rumah Jawa yang berkaitan dengan prinsip desain, yaitu pada aspek bentuk, proporsi dan skala, dan pencahayaan alami. Pada edisi ini akan dibahas prinsip-prinsip desain yang cukup penting pada rumah Jawa, yaitu pada aspek keseimbangan, keserasian dan kesatuan, dan ritme.
Memahami rumah/omah sama dengan memahami kehidupan suatu kelompok kebudayaan. Suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar. Dalam hal ini kebudayaan Jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan berlebih-lebihan yang sering mengesankan kelambanan, kegemaran akan tingkah laku yang njlimet dan kegemaran akan karya atau gagasan yang rumit.
(1) Keseimbangan. Ruang-ruang interior dan elemen-elemen di dalamnya seperti dinding, perabot dan aksesori lainnya mengandung campuran dari bentuk, warna, dan tekstur. Masing-masing elemen dalam rangkaian ruang mempunyai karakter spesifik dalam hal rupa, bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Rumah Jawa disusun berdasarkan keseimbangan simetris. Struktur organisasi ruang selalu disusun secara simetris, misalnya gandhok kiwa dan gandhok tengen, senthong kiwa dan senthong tengen. Begitu juga dengan penataan perabot, seperti yang terdapat pada dalem ageng dalem pangeran. Gambar foto selalu dipasang kiri dan kanan mengapit senthong tengah. Begitu juga dengan cermin, selalu berpasangan. Ini menandakan bahwa orang jawa selalu menjaga keseimbangan dalam kehidupannya (keseimbangan antara jagad besar (alam semesta) dengan jagad kecil (lingkungan buatan)). Fungsi ruangpun sangat memikirkan tentang keseimbangan gender. Di dalam perwujudannya dalam rumah tinggal, omah mburi (datem, senthong, gandhok, pawon dan kulah) merupakan domain wanita, sedang pendapa adalah domain laki laki. Sementara pringgitan merupakan batas/ruang transisi antara kedua domain di atas. Jadi meskipun sering disebutkan bahwa semakin ke belakang, bagian rumah Jawa akan semakin privat, tetapi peran gender dalam konteks budaya Jawa dalam hal ini masih sangat berperan.
(2) Keserasian (harmoni) dan kesatuan. Harmoni adalah keselarasan dari beberapa bagian atau kombinasi beberapa bagian dalam satu komposisi. Prinsip Harmoni meliputi pemilihan dengan cermat elemen-elemen yang berkarakter sama seperti rupa-bentuk, warna, tekstur, dan material. Keserasian dan kesatuan dari rumah Jawa dapat dilihat dari pemilihan bahan material kayu dengan pola yang sama, warna alami, dan bentuk atap yang merupakan kombinasi dari atap joglo dan limasan, disusun sangat serasi sehingga tidak menimbulkan distorsi.
(3) Ritme. Prinsip desain dari ritme adalah pengulangan elemen-elemen dalam ruang dan waktu. Pengulangan ini tidak hanya menimbulkan kesatuan visual, tetapi juga membangkitkan suatu kesinambungan ritme gerak yang dapat diikuti oleh mata dan fikiran orang yang memandang disepanjang jalan dalam sebuah komposisi atau disekitar ruangan. Perhatikan saka (tiang) yang ada di rumah Jawa. Saka yang disusun secara berulang-ulang penuh dengan ukiran dan hiasan sehingga menimbulkan gairah, dinamis tetapi dapat ”menguasai emosinya” atau tetap bersahaja, layaknya penari yang sedang menari tari Jawa dengan lemah gemulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar