Minggu, 18 April 2010

MEMBANGUN CITRA INDONESIA
(DESAIN DAN REVITALISASI SENI TRADISIONAL)

Martino Dwi Nugroho, MA.

Salah satu aspek penting dalam pemberdayaan desain adalah terjadinya upaya untuk memodernisasi estetik tradisi,baik sebagai narasumber estetik ataupun yang bersifat eklektik, bahkan penggalian nilai estetis baru. Kesadaran tersebut muncul sebagai bagian “perlawanan” dan “perimbangan” terhadap semakin meluasnya pengaruh kebudayaan Barat. Disamping juga sebagai uapaya untuk membangun jatidiri bangsa yang semakin memudar karena serbuan nilai-nilai estetik dominan yang semakin meluas. Fakta utama dalam pergeseran-pergeseran nilai estetik modern Indonesia adalah tumbuhnya kesadaran untuk meningkatkan kualitas nilai estetik tradisi melalui pendekatan-pendekatan modern. Nilai estetik yang selama ini dipertahankan sebagai suatu cagar budaya nasional dalam format lain mengalami juga modernisasi, karena ditemukannya teknologi baru ataupun mengalami proses modernisasi dalam sistem produksinya.
Estetik tradisi telah dikenal di Indonesia sejak sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Sebelum mengenal sistem industrial, bangsa Indonesia telah dikenal sebagai bangsa yang memiliki ketrampilan tinggi dalambidang kriya kayu, kriya bahan alam, logam, konstruksi bangunan, perkapalan, pertekstilan dan berbagai ketrampilan yang lain. Sejak pemerintah Belanda mengenalkan nilai-nilai estetik modern melalui karya-karya arsitektur, gaya hidup dan program modernisasi dalam kehidupan masyarakat perkotaan, secara bertahap telah terjadi pergeseran pada nilai estetiknya.
Proses pembudayaan niali-nilai estetik modern, tidak pula sepenuhnya terhindar dari aspek perlawanan budaya. Hal itu telah menjadi bagian konseptual bahwa dalam wacana estetik modern universal telah tercipta bahasa rupa yang cenderung seragam. Terutama ketika para desainer, arsitek dan seniman berhadapan dengan ideologi modernisme, khususnya gaya internasional dalam dunia arsitektur, gaya abstrak dan realisme dalam dunia seni rupa dan gaya pop modernisme dalam desain yang oleh beberapa pihak mengalami proses pemapanan serta menjadi suatu hal yang stereotip, klise dan hambar meskipun telah mengalami proses pembibitan serta adanya upaya memberi bumbu-bumbu keIndonesiaan. Dari gambaran di atas perlu kiranya adanya suatu pemikiran tentang upaya membangun jati diri wajah desain interior dan craft (kerajinan) Indonesia. Kiranya perlu usaha bersama dari desainer interior dan kriyawan dalam membuat suatu karya meski akan selalu berhadapan dengan ”keinginan klien”. Sebagai seorang desainer perlu kiranya memberi masukan kepada klien bahwa Indonesia kaya akan elemen-elemen estetis yang bisa diaplikasikan pada desain bangunan rumah atau komersil. Tentunya dengan pakem-pekem dan norma-norma yang sudah ada. Disitulah peran desainer memberi masukan kepad klien tentang penerapan hiasan khas Indonesia pada tempat yang benar, tidak asal tempel.
Beberapa kemungkinan untuk menghidupkan kembali revitalisasi bentuk seni tradisional ke dalam sebuah desain :
A. Menjalin bentuk atau corak seni lama seperti warna, struktur serta pola hiasnya tanpa banyak perubahan, terutama maknanya.
B. Memindahkan pola hias lama ke dalam kemungkinan-kemungkinan desain baru yang disesuaiakan dengan lingkungan baru, yang diungkapkan adalah jiwanya. Jadilah A contemporary desaign with a traditional touch.
C. Memindahkan beberapa unsur dari seni tradisional ke dalam proses teknik produksi yang baru. Jadilah the design transform such traditional item into very modern design.
Suasana modern yang penuh dengan hiruk pikuk teknologi modern atau mutakhir, suatu ketika memerlukan kesempatan untuk melihat serta menilai kembali kekayaan lama benda-benda seni yang sudah terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar