Minggu, 18 April 2010

Desain Interior Yang Membumi, Sebuah Renungan

Desain Interior Yang Membumi, Sebuah Renungan

Bumi semakin susah untuk bernafas ketika semua tanah dilapisi bahan yang tidak tembus sehingga bumi susah menyimpan air untuk kehidupan. Di kota tidak terdapat paru-paru kota sebagai tempat bernafas yang bersih karena tidak adanya perencanaan tata kota disebabkan adanya kepentingan ekonomi dan politis. Di desa-desa, pohon-pohon ditebangi dengan alasan lahan pertanian dan perluasan perumahan. Ilegal loging masih sering terjadi, karena pelaksanaan hukum dan pengawasan yang tidak ketat. Perubahan iklim sudah terjadi, curah hujan sudah semakin menurun, suhu bumi naik, banjir bandang sering terjadi, lapisan ozon semakin besar lobangnya dari tahun ke tahun karena polusi. Beberapa waktu yang lalu, diadakan KTT Perubahan Iklim yang dihadiri beberapa pimpinan negara di dunia, termasuk Indonesia.

Penelititan tentang teknologi ramah lingkungan sudah sering dilakukan. Dari tenaga surya untuk tenaga listrik hingga mobil menggunakan tenaga listrik dan gas alam. Tetapi merubah mindset dan perilaku manusia tidaklah mudah. Hanya Jepang yang intens melakukan penelitian tentang teknologi ramah lingkungan.

Arsitek dan desain interior juga berperan dalam kerusakan bumi ini, ketika mereka mendesain dengan tidak memperhatikan faktor ekologi. Teknologi seharusnya dapat bersinergi dengan lingkungan sehingga teknologi tidak justru merusak lingkungan. Indonesia kaya akan angin dan cahaya, yang seharusnya hal tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh desainer. Laksana sebuah trend dan gaya hidup, AC merupakan kebutuhan pokok untuk mengatasi masalah termal pada sebuah rumah tinggal. Padahal jika kita mencontoh rumah tradisional Jawa dan rumah tinggal Indis (Kolonial), kita dapat memecahkan masalah termal tanpa menggunakan AC yang notabene boros energi (listrik) dan bisa mencegah polusi. Demikian juga masalah pencahayaan, dengan mendasarkan orientasi, masalah pencahayaan alami dapat teratasi, kecuali pencahayaan dimalam hari. Gaya hidup yang modern memang memberi dampak yang signifikan terhadap kerusakan bumi. Mall-mall yang bertebaran di setiap kota, sebagai contoh, Yogyakarta yang notabene kota kecil mempunyai beberapa mall memang kurang efektif dalam pemakaian tenaga listrik. Kita perlu mencontoh Bantul yang membuat kebijakan tidak membangun mall di Bantul, terkait dengan pelestarian identitas tradisi dan penghematan energi.

Pemahaman-pemahaman tentang Save Our World dengan Green Design sebagai jargonnya sebaiknya dimulai dari sekarang, baik lewat kurikulum lembaga pendidikan maupun lewat jalur-jalur sosialisasi hingga sampai masyarakat umum sehingga mereka lebih bijak dalam mengelola lingkungan dimulai dari rumah tinggal. Sehingga ketika kita berada dalam rumah, kita berada dalam satu ruang yang benar-benar nyaman, menghirup udara bersih, dengan dikelilingi pohon-pohon sebagai sumber O2 tanpa adanya polusi. Sudah saatnya kita mulai memperbaiki bumi kita demi anak dan cucu kita nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar